Kamis, 22 Agustus 2019

Pengelolaan Limbah Pendaki

Pendaki tentu tidak luput dari limbah, tanpa pengelolaan atau menejemen yang kurang baik akan berdampak buruk pada suatu lingkungan.

Ada beberapa pengelola gunung, komunitas gunung dan kesadaran segelintir pendaki yang menjadi andil sebagai 'pahlawan', untuk membawa hingga membersihkan sampah yang ada di gunung.

Artikel saya akan membahas sedikit peralatan outdoor yang mampu mengurangi limbah mulai dari diri- sendiri.

1. Trowel/ Sekop.

Sekop peralatan outdoor yang harus kita bawa dalam mendaki gunung. Fungsi sekop ini yaitu ; untuk menimbun sisa makanan yang organik. Contoh ; nasi dan sisa sayuran saat selesai memasak.

Selain itu sekop juga digunakan untuk menimbun limbah dari pendaki baik air besar (poop/ tai) atau air kencing saat di gunung.

Aksi menimbun ini harus di lakukan agar limbah yang kita hasikan tidak mengotori dan menjadi dampak buruk bagi lingkungan sekitar.


Sumber gambar : https://m.facebook.com/groups/1440458456241542?view=permalink&id=2068783443409037

Ada pendaki yang menggunaan pisaunya untuk menggali tanah, akan tetapi jika hanya membawa satu pisau saja dan di gunakan untuk mengggali lobang, kita tidak pernah tau tanah mana yang sudah terjamah atau belum terjamah bukan?

Jadi jijik ketika menggali menggunakan pisau dan ternyata di dalam tanah, pisau kita terkena jackpot tokai? Masa iya pisau mau digunakan untuk mengiris bahan makanan meskipun sudah di bersihkan?

Dengan membawa sekop ini bisa menjadi alternatifnya.



2. Asbak

Saya sering menjumpai minoritas pendaki perokok aktif di jalur, saya sangat kagum dengan mereka membuat asbak ataupun wadah untuk menyimpan puntung rokoknya selama pendakian di gunung.

Banyak dari mereka menggunakan barang bekas dari botol kaca minuman bervitamin hingga kaleng bekas rokok.


Foto : Asbak portable bahan dari botol kaca.



Foto : Asbak portable dari bahan kaleng rokok.


3. Water Bladder/ Tumbler Botol/ Soft Botol ( Reusable).

Hal yang sepele tapi sering di abaikan, yaitu botol AMDK (Air Minum Dalam Kemasan ) atau botol yang bahan utamanya terbuat dari plastik ini juga termasuk limbah atau sampah yang sering kita jumpai di gunung.

Saya sering menjumpai pendaki dengan santainya menjadikan botol AMDK ini sebagai wadah minum dan diisi air panas. Padahal di bagian bawah botol plastik seperti ini biasanya dijumpai simbol PET ( Polythlene terepthalate ).

Kemasan dengan simbol PET hanya boleh digunakan untuk sekali pakai. Jika diisi ulang apalagi dipakai air panas bisa mengeluarkan zat karsinogenik yang mampu memicu penyakit kanker.


Foto : Botol AMDK sekali pakai dengan simbol PET.
Source : google.com


Botol AMDK tentu sangat lebih ringan jika dibandingkan dengan water bladder, botol lipat, atau tumbler, akan tetapi botol AMDK ini akan jadi sampah tiap kali selesai di pakai, proses daur ulangnya pun juga membutuhkan air yang banyak.

Sampah yang paling banyak ditemukan di gunung salah satunya botol AMDK ini, memang barang yang remeh tapi mampu menjadi dampak buruk bagi lingkungan.

Hal ini tentu mampu di siasati dengan membawa tempat minum sendiri karena botol AMDK berbahan plastik tidak di sarankan untuk dipakai berkali- kali apalagi jika di isi dengan air panas.

Di beberapa toko outdoor atau situs jual beli online ada yang menjual item ini, mulai dari water bladder, tumbler atau soft botol. Perlengkapan seperti ini bisa di pakai berkali- kali dengan perawatan dan pemakaian yang benar.


Foto : Water Bladder.


Foto ki- ka : Perbandingan Botol Lipat dengan plastik.


Foto : Tumbler sekaligus water filter yang saya pakai ketika di gunung yang ada sumber airnya.


4. Food Container

Untuk teman- teman yang membawa makanan kaleng, alangkah baiknya juga di pindahkan ke food kontainer sehingga mampu mengurangi limbah kaleng di atas gunung.

Food container yang memiliki lock system, akan mengamankan makanan agar tidak tumpah saat di packing di dalam tas.




Foto : Food kontainer yang ada lock systemnya.

5. TISU
   
Penggunaan tisu basah bisa jadi masalah bagi lingkungan karena tisu basah sendiri tidak mampu diuraikan, saya asih saya jumpai juga pendaki dengan santainya menggunakan tisu basah untuk buang air besar di gunung.

Untuk buang air besar, saya baru belajar mengurangi penggunaan tisu yang kering dan sama sekali tidak menggunakan tisu yang basah.

Saya selalu mengandalkan air untuk cebok saat selesai buang air besar. Setelah selesai saya mengeringkan pantat dengan potongan kanebo yang saya bawa lalu saya menggunakan hand sanitizer untuk membersihkan tangan.

Untuk membersihkan peralatan masak dengan noda minyak serta bau makanan yang menempel di cooking set bisa menggunakan sabun cuci, sponge dan kanebo sebagai alat pengering peralatan masak.

Hal ini sangat bisa meminimalisir menggunakan tisu.


Foto : Salah satu peralatan pembersih cooking set.
Sumber : https://m.facebook.com/groups/1440458456241542?view=permalink&id=2034439323510116

   
Demikian beberapa langkah kecil yang saya lakukan sebagai pendaki untuk mengurangi limbah ataupun sampah saat mendaki gunung.

Salam lestari bukan hanya sekedar salam tanpa tindakan, salam lestari adalah niat, tekat dan aksi kita untuk melestarikan.

Terima kasih telah membaca dan jangan lupa komentarnya untuk masukan tulisan di blog gratis saya.


S A L A M   L E S T A R I . . .