Selasa, 05 Februari 2019

Sebelah Mata Ultralight Hiking di Indonesia



Awal mula saya mengetahui Ultralight Hiking (UH ) kurang lebih sekitar 3 tahun yang lalu. Saya mulai tertarik dengan salah satu youtuber pelaku Ultralight Hiking AT ( Appalachian Trail) kala itu, berbagai informasi saya kumpulkan baik yang berbentuk video hingga artikel tentang Ultralight Hiking (UH ).

Bahkan di Indonesia pun ternyata topik Ultralight Hiking ini sudah di bahas dari tahun 2012 di forum diskusi yang paling tekenal, yaitu ; Kaskus.



Foto : Darwin On The Trail


Hampir satu tahun lebih, saya di sibukan dengan berbagai macam pekerjaan dan perkuliahan sehingga saya harus istirahat' mendaki kala itu.

Hingga berjalannya waktu, waktu luang mulai menghampiri lagi. Singkat cerita kawan lama saya mengajak untuk mendaki di salah satu gunung di Jawa Tengah. Tanpa pikir panjang saya 'meng-iya' kan ajakan tersebut.

Pada saat mendaki kala itu, saya masih menggunakan kerir kapasitas 60L dengan berat di atas 25 kg karena saya sering di titipi barang oleh teman, berbagi bawaan untuk kebutuhan kelompok.

Saya tentu merasa keberatan kala itu, barang bawaan pribadi teman seharusnya di bawa sendiri, tapi anehnya malah di titipkan dan di sempilkan ke kerir dengan di sertai kalimat "badan gede dan tas lu juga gede, titip jaket satu aja beratnya seberapa sih?".

"jika di jalur pendakian pada diri sendiri saja tidak mampu untuk mulai mandiri atau bertanggung jawab atas peralatan yang di bawa kenapa berani sekali untuk mencoba mendaki?" 

Selang dua hari setelah pulang dari pendakian kala itu, saya mulai memunculkan niat untuk pindah style pendakian, dari yang Konvensional menjadi Ultralight.

Kali ini media sosial Facebook ( FB) yang menjadi jembatan saya untuk mencari komunitas ultralight hiking di Indonesia. Pada tahun 2016/ 2017 saya mulai bergabung dengan komunitas Indonesian Ultralight Backpacking.

Di grup ini juga di sematkan beberapa artikel tentang memulai UH untuk member baru, tentang gear outdoor yang ringan, membahas tentang kesafetyan dalam berkegiatan mendaki dan masih banyak sematan artikel positif yang berbau pendakian di dalam komunitas ini.



Gambar : Logo Grup Indonesian Ultralight Backpacking



Rasa penasaran saya muncul di karenakan style pendakian ultralight yang di asal negaranya yaitu ; Amerika digunakan untuk pendakian jangka panjang yang mampu menghabiskan waktu berbulan- bulan dengan berat base weight cuma 2,4 kg- 4 kg, kemudian di negara asalnya, para pendaki di sediakan pos untuk mengganti gear yang rusak hingga mengambil makanan.

Kemudian di negara Indonesia, style Ultralight Hiking (UH ) mulai di adopsi atau di serap oleh pelaku UH di negara ini sehingga mengalami perubahan drastis.

Perubahan UH di Indonesia sangat drastis kala itu, dari penetapan BASE WEIGHT (BW) seberat 8 kg hingga tidak tersedianya pos untuk mengisi ulang makanan atau mengganti gear yang rusak, hingga Ultralight Hiking di adopsi untuk mendaki dengan medan gunung tipe kerucut.

Tentu hal ini akan menjadi sebuah pertentangan oleh 'oknum' yang belum paham akan konteks style UH. Mereka sering memandang sebelah mata tentang style Ultralight Hiking ini.

Yang selalu menjadi sorotan adalah  dari segi keamanan/ kesafetyan bagi para pelaku hiking. Masih ada pula mereka menganggap konteks hiking itu masih disamakan dengan climbing, padahal konteks style mendaki (hiking) itu berbeda dengan style memanjat (climbing).

Bahkan hingga saat ini masih saya temui segelintir orang yang menyimpulkan bahwa konteks style UH dianggap bisa diterapkan untuk konteks membuka jalur pendakian. Padahal membuka jalur dan mendaki hal ini sudah berbeda konteks.

Sampai di sini paham?

Jadi kesimpulannya ; Ultralight Hiking itu hanyalah style mendaki sesuai dengan jalur pendakian dengan menggunakan peralatan yang ringan akibat  perkembangan jaman dan kecanggihan teknologi tanpa mengurangi keselamatan dalam berkegiatan di alam.





 S A L A M  E N T E N G . . .



4 komentar:

  1. Pentingnya memahami baseweight dlm sistem UL backpacking, jangan sampai malah kita bingung apa UL itu harus bawa makanan yang ringan kaya kerupuk ya? ha ha.. atau asumsi salah lagi berarti naik gunung UL itu sengsara gak bisa makan enak juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah betul Mas... Di artikel yang saya tulis juga sudah menjelaskan sedetail- detailnya ibaratnya dengan analogi yang paling mudah. Terima kasih sudah mampir di artikel saya ini...

      Hapus
  2. keren om ..lanjut terus ngetiknyaaaa hehehe

    BalasHapus