Selasa, 22 Oktober 2019

Backpacker Seni Perjalanan

Aloha pembaca... 

Latar belakang saya membuat tulisan di blog ini sebenarnya muncul karena keresahan yang saya alami setiap akan melakukan dan sesudah melakukan perjalanan wisata.



Foto : Menyampaikan setiap keresahan saya yang alami ketika traveling.

Setiap orang yang sering traveling sering dianggap kalau punya uang banyak oleh penduduk yang berada di daerah wisata yang akan kita kunjungi, padahal stigma tersebut belum tentu benar, tidak semua yang berwisata itu punya budget lebih. 



Di era sekarang siapa sih yang engga suka sama traveling? Pasti semua orang akan melakukan kegiatan tersebut disaat ada waktu, tenaga, dan uang, tapi tunggu dulu coba kita tilik beberapa orang yang melakukan traveling dengan budget terbatas, mereka melakukan kegiatan traveling dan menghapus stigma bahwa traveling itu identik dengan mahal, contohnya Trinity. Di dalam bukunya di Naked Traveler dia membahas dan meneritakan pengalamannya.

Saya sendiri memulai traveling bukan dengan modal nekat, tetapi dengan modal budget irit untuk mengunjungi objek wisata yang ada di Indonesia dari Bali, Padang, Karimun Jawa, Pantai sepanjang Gunung Kidul, Pacitan, hingga Bromo. Ya cara traveling yang saya gunakan dengan style backpacker.



Foto : Garuda Wisnu Kenana


Banyak orang yang mencari tahu tentang apa sih backpacker itu? Atau malah semua orang sudah tau tentang apa itu backpackerBagi saya pribadi (pandangan secara subektif ), backpacker itu adalah seni perjalanan. "Hlo kok bisa seni perjalanan?"  Iya, ambil saja contoh kecil ketika sedang melakukan kegiatan perjalanan, saya juga ikut andil dalam memvisualkan pemandangan baik dengan mata telanjang hingga mata kamera saya.

Saya menggunakan seni ini tidak bisa se-ekstrem pelaku backpacker yang lainnya dalam menghabiskan waktu sangat panjang hingga biaya yang benar- benar 0 rupiah karena status saya yang sementara adalah karyawan.

Di blog yang aksaranya saya tulis ini, semoga bisa bermanfaat memberikan tips dan trik sebelum traveling dengan style backpacker dan dengan waktu yang terbatas bagi karyawan/ mahasiswa/ semua orang yang mau menggunakan style (gaya ) backpacker menjadi solusinya.


1. Niat dan Rencanakanlah Perjalananmu.

Siapkan niat terebih dahulu sebelum melakukan perjalanan dengan style backpacker kemudian baru merencanakan perjalananmu ke destinasti wisata yang kamu inginkan minimal dalam jangka waktu ; paling tidak setengah tahun sebelum keberangkatan.





Foto : Pemandangan Bromo di Pananjakan II.

Waktu yang cukup panjang itu biasanya bisa kamu gunakan untuk mengumpulkan amunisi keuangan kamu dengan cara mencari kerja tambahan, mengurus cuti hingga bisa kamu gunakan untuk mencari tahu tentang obyek destinasti wisata yang akan kamu kunjungi baik dari segi ; akomodasi, transportasi, dan makanan.



Foto :  Tanjung Gelam, Karimun Jawa.


2. Smartphonemu.

Di jaman era digital, smartphone yang kamu genggam sangat mempermudah untuk mencari informasi tentang makanan di suatu destinasti yang akan dikunjungi dari yang halal maupun tidak halal, tiket pesawat promo, penginapan murah hingga transportasi darat untuk menuju destinasti wisata yang akan di kunjungi.


3. Solo Backpacker atau Grup?

Nah untuk topik ini, demi menghemat biaya saya pribadi lebih suka menggabungkan diri untuk mencari teman perjalanan karena semakin banyak orang semakin kecil biaya yang kita keluarkan untuk suatu akomodasi..




Foto : Solo hiking saat mendaki Gunung Lawu via Candi Cetho.

Nah jika kamu mau ber-grup, kamu menggabungkan di grup yang tentunya mereka juga harus memiliki 'style bakpacker', atau paling tidak rekan perjalananmu itu tidak terikat dengan biro tour & travel atau jadwal (itinerary) perjalanan agar bisa benar- benar bisa menikmati moment traveling.



Foto : Grup yang tidak mengikat pada itinerary biro perjalanan akan cocok saat di jadikan teman perjalanan.


4. Jangan Lupa Buat Cek List Barang Bawaan.

Saya dulu juga sering meremehkan untuk membuat cek list untuk barang bawaan saya, alhasil ada saja yang ketinggalan dan baru ingat ketika ditengah perjalanan.





Foto : Noted manual sering saya bawa untuk membuat daftar bawaan ataupun daftar obyek wisata yang akan di kunjungi.

5. Alat Eksistensi Diri ( Kamera Hingga Peralatan Video).


Alat seperti ini jangan sampai ketinggalan apalagi jika sampai kehabisan batrai pas lagi asik- asiknya mengambil moment saat traveling, gejala mood swing pun bakal menyerang. Yang inginnya happy malah jadi wory.

Nah akhir paragraf saya ingin menyampaikan bahwa backpacker bukanlah style yang menyusahkan diri sendiri untuk berwisata ke tujuan apabila semua di rencanakan dengan matang- matang. Banyak plus dan minusnya dari apa yang kita lakukan akan tetapi pengalaman akan di bagikan seumur hidup kepada anak dan cucu kelak.


T e r i m a k a s i h . . .