Rabu, 22 Juli 2020

Kuliner di Solo Menurut Kantong Backpacker

Kalau muncul kata "Solo", pasti imajinasi kalian para pejalan atau backpackeran tertuju ke suatu daerah Kotamadya yang berada di Jawa Tengah yang terkenal dengan kuliner murah dan enak. Beberapa kawan saya yang berasal dari Provinsi yang ada di Indonesia pada bilang kalau di bilang "kuliner  Solo ga ada obat!" tapi mau bagaimana lagi masalah selera setiap orang berbeda- beda.

Saya lahir di kota ini dan jujur setiap temen yang minta di temeni keliling Solo sering banget tanya "tempat makan yang enak dimana nih sih bro?" Gimana ga bingung, Solo ini merupakan salah satu kota kecil dimana terdapat ratusan pedagang dengan menjual kuliner yang jadi favorit atau daya tarik di Kota Solo. Beraneka ragam kuliner yang tengah menjamur di kota ini, mulai dari mie ayam, tengkleng, soto, timlo, gudeg Solo, ronde, wedangan (atau lebih famous dengan angkringan), dan masih banyak lagi yang belum ketulis di sini. Oh ya makanan yang saya rekomendasikan ini makanan yang halal tentunya.

Usaha kuliner di Kota Solo sangat berkembang pesat dan tentunya harga juga menjadi penentu pilihan bagi kaum backpackeran yang dalam hal budget sangat amat berkalkulasi ria. Tenang blog saya kali ini untuk segmentasi pasar khusus backpacker yang mau datang ke Kota Solo. Stigma makan untuk gaya traveler backpacker itu pasti murah, banyak dan untuk rasa nomor belakanganlah, tapi stigma tersebut tidak berlaku untuk saya.

Wisata kuliner di Kota Solo memang banyak pilihannya, tapi sebagai admin yang kantongnya ga tebel- tebel amat akan membagikan beberapa makanan khas Solo yang menjadi favorit saya dan tentu tempatnya 'agak ndelik alias agak tersembunyi'.

Olahan Menu Berbahan Dasar Daging Kambing. Tempat makan yang letaknya di sebelah barat pintu keluar drive thrue KFC Manahan ini merupakan tempat favorit saya. Nama warungnya "Sate Kambing Pakde Suk". Murah banget dan untuk rasa ga kalah sama warung kambing langganannya Pak Presiden RI yang ke 7 yaitu, Pak Jokowi.

                                    


Kalau di tanya favoritku ya 'Gule Gorengnya', dulu ada tengkleng tapi sekarang menu tengkleng di terima kalau ada pesanan saja. Warungnya ga begitu besar sayangnya, namun soal rasa dan harga mulai dari Rp. 15.000,-an saja, backpackeran punya nih. Dengan harga segitu bisa nyicipi makanan di Solo.

Olahan Menu Berbahan Daging Ayam. Olahan daging ayam ini juga tidak kalah nikmat dengan daging kambing dan daging sapi. Beberapa tempat makan di Solo yang bikin kangen atau ingin mencicipi olahan ini bisa langsung ke
  • Mie Ayam Pak Mardi Sumber. Lokasi di daerah Sumber dan mie ayamnya ini jenis mie ayam asin. Biasanya saya kalau pesan mie ayam setengah mateng, kering, dan asinnya di tambah dikit. Kalau lagi males asin, bisa request mateng dan kering lalu nanti setelah mienya datang langsung di tambahi kecap! Ajib banget rasanya deh.

                                                 


Di meja makan biasanya juga ada kepala ayam dan ceker ayam. Kalian bisa menambahkannya kalau mau. Dan yang pastinya sambelnya juga terkenal pedas. Jadi mesti hati- hati kalau pas mau nuang sambalnya. 😁 Untuk lokasinya saya share link google mapsnya saja biar yang kalian ga kerepotan pas lagi cari lokasinya, ini nih lokasinya https://goo.gl/maps/KFHoYgoEpCyPnFPn8.
  • Ayam Geprek Pinggir Kali. Lokasi masih berdekatan dengan Mie Ayam Pak Mardi, tapi kali ini menu ayam geprek. Berbagai menu mulai dari ayam geprek original, mie geprek, ayam geprek berkeju, hingga ayam geprek nusantara ada di sini. Untuk daging ayamnya ga alot alias empuk.


 Untuk warungnya berkonsep TAKE AWAY kalau bahasa kerennya di bungkus dan di makan di rumah atau di penginapan kalian 😃.


Foto Resto Ayam Geprek Pinggir Kali. 
  • Warung Gudeg. Kalau di tanya bedanya Gudeg Solo dan Jogja oleh teman- teman saya, pada dasarnya ada pada rasanya, kalau Gudeg Solo lebih condong ke arah gurih tapi Gudeg Jogja lebih condong ke arah manis. Untuk Gudeng sebenarnya saya ada beberapa langganan sih.
  1. Mbok Kedul. 
Gudeg Mbok Kedul ini lebih condong ke Bubur Gudegnya. Tidak semua orang bisa atau suka dengan bubur namun warung gudeg ini juga menyediakan nasi untuk di padu padankan dengan gudegnya. Tidak cuma itu, warung ini juga menyediakan olahan ketan bubuk kedelai atau kuah juruh ( Gula Jawa). Bagi kalian yang demen backpackeran lokasinya sangat dekat, yaitu Stasiun Purwosari ke arah timur kurang lebih 100 meter.


Foto : Warung Mbok KEDUL


Foto : Aneka menu di Gudeg Mbok Kedul.


Foto : Menu Ketan Kuah Juruh.


Foto : Menu Nasi Gudeg dengan lauk telur.

Untuk harga ya kaum backpacker agak merogoh kocek sedikit kalau mau makan di sini, untuk rasa ya sebanding dengan harganya. Warung Mbok Kedul buka siang hari mulai jam 13.00 WIB hingga malam hari pukul 22.00 WIB.

      2. Nasi Gudeg Mbak Tutik.

Untuk warung ini tidak menyediakan ketan berbeda dengan Mbok Kedul, jadi untuk menunya hanya gudeg saja akan tetapi pilihan lauknya lebih komplit di Mbak Tutik. Yang menjadi warung ini sebagai favorit saya karna bukanya lebih sore hingga tengah malam. Nah untuk kawasan ini banyak bertebaran warung kuliner, jadi sehabis bercape- ria keliling Kota Solo langsung menuju lokasi ini  adalah hal yang tepat. Biasanya saya pesan nasi gudeg uritan alias jerohan ayam.



Foto : Warung Nasi Gudeg Mbak Tutik beserta hidanganya.
     
      3. Nasi Liwet Bu Sarmi

Nasi Liwet saya masukan ke daftar bagi backpacker karna rasanya yang enak dan harganya yang terjangkau. Nasi liwet langganan saya lokasinya yang berdekatan dengan Gudeg Mbak Tutik dan Susu Segar She Jack. Paling favorit kalau lauknya brutu alias pantat ayam.





Sekian informasi mengenai kuliner di Kota Solo yang sangat cocok untuk kaum backpackeran, Dan masih banyak yang belum bisa saya tulis satu persatu. Jika datang ke Kota Solo langsung setiap sudutnya mengandung rasa dan candu. Selamat berlibur kawan- kawan! ❤

Senin, 22 Juni 2020

Tips Mendaki di Era New Normal


Sumber Foto : 


Setelah beberapa bulan pendakian di tutup oleh pemerintah karna dunia sedang dilanda pandemi COVID- 19, akhirnya angin segar bagi pendaki bahwa sekarang pendakian di beberapa gunung sudah di buka kembali. Adakah yang rindu dengan tetesan embun di pagi hari hingga sunset yang ditunggu di atas ketinggian?



Foto : Senja

Tentu setelah di bukanya beberapa obyek wisata pendakian atau obyek wisata lainnya, pemerintah juga menerapkan protokol yang sifatnya harus di taati oleh wisatawan domestik ataupun mancanegara, bagi pendaki yang baik seharusnya juga mampu menerapkan protokol tersebut demi mencegah penyebaran COVID-19 ketika sedang mendaki.

Saya pribadi punya tips mendaki di era new normal, berikut tips khusus mendaki gunung versi saya di era new normal :




  • Apabila terkena flu, batuk, pilek hingga imun tubuh melemah, alangkah baiknya tidak memaksakan diri mendaki.
  • Surat keterangan sehat mungkin akan sedikit membantu untuk pendaki.
  • Selalu membawa vitamin penambah imun tubuh. Contoh vitamin C.
  • Membawa masker minimal dua buah dan harus di pakai ketika berinteraksi dengan orang lain.
  • Membawa handsanitizer. Saya pribadi seringnya membawa barang ini daripada tissue basah yang justru akan menimbulkan dampak sampah di atas gunung.
  • Tenda di dirikan dengan jarak antar tenda ± satu meter dan tidak diperkenankan bergabung dengan rombongan lain atau regu lainnya.
  • Hindari meminjam atau memakai alat makan atau alat masak dari rombongan lain atau regu yang bukan dari rombongan kita.

Selamat mendaki di era new normal! ❤

Selasa, 22 Oktober 2019

Backpacker Seni Perjalanan

Aloha pembaca... 

Latar belakang saya membuat tulisan di blog ini sebenarnya muncul karena keresahan yang saya alami setiap akan melakukan dan sesudah melakukan perjalanan wisata.



Foto : Menyampaikan setiap keresahan saya yang alami ketika traveling.

Setiap orang yang sering traveling sering dianggap kalau punya uang banyak oleh penduduk yang berada di daerah wisata yang akan kita kunjungi, padahal stigma tersebut belum tentu benar, tidak semua yang berwisata itu punya budget lebih. 



Di era sekarang siapa sih yang engga suka sama traveling? Pasti semua orang akan melakukan kegiatan tersebut disaat ada waktu, tenaga, dan uang, tapi tunggu dulu coba kita tilik beberapa orang yang melakukan traveling dengan budget terbatas, mereka melakukan kegiatan traveling dan menghapus stigma bahwa traveling itu identik dengan mahal, contohnya Trinity. Di dalam bukunya di Naked Traveler dia membahas dan meneritakan pengalamannya.

Saya sendiri memulai traveling bukan dengan modal nekat, tetapi dengan modal budget irit untuk mengunjungi objek wisata yang ada di Indonesia dari Bali, Padang, Karimun Jawa, Pantai sepanjang Gunung Kidul, Pacitan, hingga Bromo. Ya cara traveling yang saya gunakan dengan style backpacker.



Foto : Garuda Wisnu Kenana


Banyak orang yang mencari tahu tentang apa sih backpacker itu? Atau malah semua orang sudah tau tentang apa itu backpackerBagi saya pribadi (pandangan secara subektif ), backpacker itu adalah seni perjalanan. "Hlo kok bisa seni perjalanan?"  Iya, ambil saja contoh kecil ketika sedang melakukan kegiatan perjalanan, saya juga ikut andil dalam memvisualkan pemandangan baik dengan mata telanjang hingga mata kamera saya.

Saya menggunakan seni ini tidak bisa se-ekstrem pelaku backpacker yang lainnya dalam menghabiskan waktu sangat panjang hingga biaya yang benar- benar 0 rupiah karena status saya yang sementara adalah karyawan.

Di blog yang aksaranya saya tulis ini, semoga bisa bermanfaat memberikan tips dan trik sebelum traveling dengan style backpacker dan dengan waktu yang terbatas bagi karyawan/ mahasiswa/ semua orang yang mau menggunakan style (gaya ) backpacker menjadi solusinya.


1. Niat dan Rencanakanlah Perjalananmu.

Siapkan niat terebih dahulu sebelum melakukan perjalanan dengan style backpacker kemudian baru merencanakan perjalananmu ke destinasti wisata yang kamu inginkan minimal dalam jangka waktu ; paling tidak setengah tahun sebelum keberangkatan.





Foto : Pemandangan Bromo di Pananjakan II.

Waktu yang cukup panjang itu biasanya bisa kamu gunakan untuk mengumpulkan amunisi keuangan kamu dengan cara mencari kerja tambahan, mengurus cuti hingga bisa kamu gunakan untuk mencari tahu tentang obyek destinasti wisata yang akan kamu kunjungi baik dari segi ; akomodasi, transportasi, dan makanan.



Foto :  Tanjung Gelam, Karimun Jawa.


2. Smartphonemu.

Di jaman era digital, smartphone yang kamu genggam sangat mempermudah untuk mencari informasi tentang makanan di suatu destinasti yang akan dikunjungi dari yang halal maupun tidak halal, tiket pesawat promo, penginapan murah hingga transportasi darat untuk menuju destinasti wisata yang akan di kunjungi.


3. Solo Backpacker atau Grup?

Nah untuk topik ini, demi menghemat biaya saya pribadi lebih suka menggabungkan diri untuk mencari teman perjalanan karena semakin banyak orang semakin kecil biaya yang kita keluarkan untuk suatu akomodasi..




Foto : Solo hiking saat mendaki Gunung Lawu via Candi Cetho.

Nah jika kamu mau ber-grup, kamu menggabungkan di grup yang tentunya mereka juga harus memiliki 'style bakpacker', atau paling tidak rekan perjalananmu itu tidak terikat dengan biro tour & travel atau jadwal (itinerary) perjalanan agar bisa benar- benar bisa menikmati moment traveling.



Foto : Grup yang tidak mengikat pada itinerary biro perjalanan akan cocok saat di jadikan teman perjalanan.


4. Jangan Lupa Buat Cek List Barang Bawaan.

Saya dulu juga sering meremehkan untuk membuat cek list untuk barang bawaan saya, alhasil ada saja yang ketinggalan dan baru ingat ketika ditengah perjalanan.





Foto : Noted manual sering saya bawa untuk membuat daftar bawaan ataupun daftar obyek wisata yang akan di kunjungi.

5. Alat Eksistensi Diri ( Kamera Hingga Peralatan Video).


Alat seperti ini jangan sampai ketinggalan apalagi jika sampai kehabisan batrai pas lagi asik- asiknya mengambil moment saat traveling, gejala mood swing pun bakal menyerang. Yang inginnya happy malah jadi wory.

Nah akhir paragraf saya ingin menyampaikan bahwa backpacker bukanlah style yang menyusahkan diri sendiri untuk berwisata ke tujuan apabila semua di rencanakan dengan matang- matang. Banyak plus dan minusnya dari apa yang kita lakukan akan tetapi pengalaman akan di bagikan seumur hidup kepada anak dan cucu kelak.


T e r i m a k a s i h . . .

Minggu, 22 September 2019

First Aid Indonesian Ultralight Hiking

Siapa sih yang ingin ada accident atau kecelakaan saat kita berkegiatan hiking? Hih amit- amit jangan sampai ada yang kena deh!

Untuk berjaga- jaga alangkah baiknya mempersiapkan First Aid sebelum pendakian ya?


Kebutuhan First Aid Kit wajib dan harus di bawa secara pribadi, meskipun kita hiking dengan kelompok.





First Aid disini saya sesuaikan dengan untuk pendakian Ultralight. Yang pasti dari alat hingga obat pun ada sedikit perubahan dalam jumlah beratnya.

Pengertian alat di sini adalah benda yang di pakai untuk mengerjakan sesuatu dan obat adalah bahan untuk mengurangi atau menyembuhkan.


ALAT FIRST AID KIT :

1. Pisau lipat.

Dimana pisau ini memiliki banyak fungsi.

Yang paling saya sukai yaitu Victorynox Classic SD. Ada mata pisau, gunting, kikir kuku, tusuk gigi dan pinset.






2. Cairan infus ( nacl).


Digunakan untuk membersihkan luka agar tidak perih.

Untuk memudahkan pemakaian saya wadahkan dengan botol spray plastik.



3. Alkohol swab.


Berfungsi untuk membersihkan peralatan yang terbuat dari metal.

Saya tidak menggunakan alkohol untuk membersihkan luka karena akan menimbulkan sensasi rasa perih. 





4. Sarung tangan steril.

Berguna untuk melindungi diri dari bakteri sebelum menangani luka pada korban.



5. Kasa steril.


Berguna untuk membersihkan luka maupun digunakan sebagai penutup luka.



6. Plester Hypafik


Menurut saya plester ini lebih ringan daripada hansaplast/ plester warna cokelat.

Fungsi dari plester ini di gunakan untuk merekatkan kasa steril.





7. Daryant- Tulle kasa pembalut steril khusus. 

Fungsi dari kasa pembalut steril ini untuk memulihkan luka bakar, infeksi sekunder pada kulit dengan adanya tambahan antibiotik pada kasa ini.



8. Thermal Blanket

Berfungsi sebagai selimut darurat yang digunakan untuk menginsulasi panas tubuh agar penderita hipotermia mampu stabil lagi kondisinya.





9. Perban Elastis.

Mengurangi rasa sakit saat terjadi kesleo serta mampu menjadi lapisan tersier yang berfungsi agar menahan lapisan perban lain agar tidak bergerak.

Saya pribadi memilih perban elastis merk tensocrepe dan memiliki ukuran 10cm x 4.5m di karenakan luas penampang yang lebar 




OBAT FIRST AID KIT

1. Obat Diare.


Digunakan untuk mengurangi frekuensi buang air besar akibat keracunan makanan, virus atau kekurangan elekrolit di tubuh dan perut mulas saat terjadi diare.

Berbagai merk dagang obat diare diantaranya diatabs, diapet, imodium dan norit. 


Kalau saya pribadi lebih suka norit karena di samping mengobati diare, norit juga mampu mengurang gas dalam lambung dan keracunan.



2. Asam Mefenamat.

Berguna untuk meredakan rasa sakit kepala, sakit gigi, sakit pada otot, nyeri yang menganggu dan mampu meredakan peradangan.





3. Oralit

Obat yang di gunakan untuk mengatasi kondisi kekurangan elektrolit  dan mineral di dalam tubuh akibat dehidrasi yang terjadi akibat diare, muntah kronis, hingga aktivitas fisik yang berlebihan.



4. Thrombophob gel.

Obat oles yang berbentuk gel bening yang mampu memberikan efek pereda nyeri, mengencerkan darah dan sebagai antiinflamasi, gel ini juga langsung bekerja dengan sangat cepat masuk ke jaringan kulit.
Berikut adalah beberapa kondisi yang bisa diatasi oleh obat ini, yaitu ;
  • Penyumbatan pembuluh darah di daerah permukaan kulit.
  • Cedera yang menyebabkan pembekuan darah. Contoh ; memar dan kesleo.
  • Wasir atau hemoroid eksternal.
  • Mengatasi gejala varises.
  • Mencegah terbentukanya keloid pada bekas luka.      


5. Antibiotik. 

Berfungsi untuk menekan perkembangan bakteri atau mikroorganisme di dalam tubuh.

Biasanya saya membawa antibiotik untuk 6 (butir ) yang digunakan untuk 3 hari. Antibiotik ini biasanya saya gabung ketika saya terserang flu dan antibiotik ini harus di habiskan.



6. Ambroxol.

Digunakan untuk mengatasi gangguan pernafasan akibat produksi dahak berlebihan biasanya akibat bronkiektasis dan emisiema. Kalau musim kemarau saya kadang terkena gejala infeksi pernafasan akut (ispa)




Demikian beberapa FIRST AID yang saya bawa kegunung, apabila teman- teman juga bisa menambahkan item yang lainnya atau yang lebih di butuhkan. 

Tetap utamakan keselamatan saat pendakian dan jangan pernah meninggalakan rombongan.


S A L A M  L E S T A R I . . .

Kamis, 22 Agustus 2019

Pengelolaan Limbah Pendaki

Pendaki tentu tidak luput dari limbah, tanpa pengelolaan atau menejemen yang kurang baik akan berdampak buruk pada suatu lingkungan.

Ada beberapa pengelola gunung, komunitas gunung dan kesadaran segelintir pendaki yang menjadi andil sebagai 'pahlawan', untuk membawa hingga membersihkan sampah yang ada di gunung.

Artikel saya akan membahas sedikit peralatan outdoor yang mampu mengurangi limbah mulai dari diri- sendiri.

1. Trowel/ Sekop.

Sekop peralatan outdoor yang harus kita bawa dalam mendaki gunung. Fungsi sekop ini yaitu ; untuk menimbun sisa makanan yang organik. Contoh ; nasi dan sisa sayuran saat selesai memasak.

Selain itu sekop juga digunakan untuk menimbun limbah dari pendaki baik air besar (poop/ tai) atau air kencing saat di gunung.

Aksi menimbun ini harus di lakukan agar limbah yang kita hasikan tidak mengotori dan menjadi dampak buruk bagi lingkungan sekitar.


Sumber gambar : https://m.facebook.com/groups/1440458456241542?view=permalink&id=2068783443409037

Ada pendaki yang menggunaan pisaunya untuk menggali tanah, akan tetapi jika hanya membawa satu pisau saja dan di gunakan untuk mengggali lobang, kita tidak pernah tau tanah mana yang sudah terjamah atau belum terjamah bukan?

Jadi jijik ketika menggali menggunakan pisau dan ternyata di dalam tanah, pisau kita terkena jackpot tokai? Masa iya pisau mau digunakan untuk mengiris bahan makanan meskipun sudah di bersihkan?

Dengan membawa sekop ini bisa menjadi alternatifnya.



2. Asbak

Saya sering menjumpai minoritas pendaki perokok aktif di jalur, saya sangat kagum dengan mereka membuat asbak ataupun wadah untuk menyimpan puntung rokoknya selama pendakian di gunung.

Banyak dari mereka menggunakan barang bekas dari botol kaca minuman bervitamin hingga kaleng bekas rokok.


Foto : Asbak portable bahan dari botol kaca.



Foto : Asbak portable dari bahan kaleng rokok.


3. Water Bladder/ Tumbler Botol/ Soft Botol ( Reusable).

Hal yang sepele tapi sering di abaikan, yaitu botol AMDK (Air Minum Dalam Kemasan ) atau botol yang bahan utamanya terbuat dari plastik ini juga termasuk limbah atau sampah yang sering kita jumpai di gunung.

Saya sering menjumpai pendaki dengan santainya menjadikan botol AMDK ini sebagai wadah minum dan diisi air panas. Padahal di bagian bawah botol plastik seperti ini biasanya dijumpai simbol PET ( Polythlene terepthalate ).

Kemasan dengan simbol PET hanya boleh digunakan untuk sekali pakai. Jika diisi ulang apalagi dipakai air panas bisa mengeluarkan zat karsinogenik yang mampu memicu penyakit kanker.


Foto : Botol AMDK sekali pakai dengan simbol PET.
Source : google.com


Botol AMDK tentu sangat lebih ringan jika dibandingkan dengan water bladder, botol lipat, atau tumbler, akan tetapi botol AMDK ini akan jadi sampah tiap kali selesai di pakai, proses daur ulangnya pun juga membutuhkan air yang banyak.

Sampah yang paling banyak ditemukan di gunung salah satunya botol AMDK ini, memang barang yang remeh tapi mampu menjadi dampak buruk bagi lingkungan.

Hal ini tentu mampu di siasati dengan membawa tempat minum sendiri karena botol AMDK berbahan plastik tidak di sarankan untuk dipakai berkali- kali apalagi jika di isi dengan air panas.

Di beberapa toko outdoor atau situs jual beli online ada yang menjual item ini, mulai dari water bladder, tumbler atau soft botol. Perlengkapan seperti ini bisa di pakai berkali- kali dengan perawatan dan pemakaian yang benar.


Foto : Water Bladder.


Foto ki- ka : Perbandingan Botol Lipat dengan plastik.


Foto : Tumbler sekaligus water filter yang saya pakai ketika di gunung yang ada sumber airnya.


4. Food Container

Untuk teman- teman yang membawa makanan kaleng, alangkah baiknya juga di pindahkan ke food kontainer sehingga mampu mengurangi limbah kaleng di atas gunung.

Food container yang memiliki lock system, akan mengamankan makanan agar tidak tumpah saat di packing di dalam tas.




Foto : Food kontainer yang ada lock systemnya.

5. TISU
   
Penggunaan tisu basah bisa jadi masalah bagi lingkungan karena tisu basah sendiri tidak mampu diuraikan, saya asih saya jumpai juga pendaki dengan santainya menggunakan tisu basah untuk buang air besar di gunung.

Untuk buang air besar, saya baru belajar mengurangi penggunaan tisu yang kering dan sama sekali tidak menggunakan tisu yang basah.

Saya selalu mengandalkan air untuk cebok saat selesai buang air besar. Setelah selesai saya mengeringkan pantat dengan potongan kanebo yang saya bawa lalu saya menggunakan hand sanitizer untuk membersihkan tangan.

Untuk membersihkan peralatan masak dengan noda minyak serta bau makanan yang menempel di cooking set bisa menggunakan sabun cuci, sponge dan kanebo sebagai alat pengering peralatan masak.

Hal ini sangat bisa meminimalisir menggunakan tisu.


Foto : Salah satu peralatan pembersih cooking set.
Sumber : https://m.facebook.com/groups/1440458456241542?view=permalink&id=2034439323510116

   
Demikian beberapa langkah kecil yang saya lakukan sebagai pendaki untuk mengurangi limbah ataupun sampah saat mendaki gunung.

Salam lestari bukan hanya sekedar salam tanpa tindakan, salam lestari adalah niat, tekat dan aksi kita untuk melestarikan.

Terima kasih telah membaca dan jangan lupa komentarnya untuk masukan tulisan di blog gratis saya.


S A L A M   L E S T A R I . . .