Selasa, 22 Mei 2018

Gunung Argopuro Via Baderan 2018

Sebelum berangkat menuju Kota Probolinggo saya mencoba cari informasi basecamp mapala di kota ini untuk tempat bermalam. Pencarian saya mulai dari instagram yang menurut saya merupakan sosmed yang paling hits dan disinilah saya ketemu salah satu sosmed mapala di Probolinggo, yaitu Mapala Marabunta dari Universitas Panca Marga, kemudian oleh admin, saya di beri kontak salah satu anggotanya.

Dan selanjutnya cerita saya dimulai...







Stasiun Probolinggo- Rumah Anggota Mapala.


Saya di jemput dr Stasiun Probolinggo oleh salah satu anggota mapala pada malam hari, kemudian perjalanan saya lanjutkan ke supermarket untuk membeli beberapa perbekalan yang belum terbeli.

Selesai membeli perbekalan, saya kemudian diantar menuju rumahnya yang jaraknya lumayan jauh dari Stasiun Probolinggo ke arah Pondok Pesantren Genggong dimana lokasi rumahnya di sekitar situ.

Sampai di rumah, saya langsung mandi, packing ulang barang untuk keberangkatan esok harinya dan istirahat.

Rumah Anggota Mapala- Alun- Alun Besuki- BC Baderan.

Pagi ini selesai mandi kami pun menuju meja makan. Dengan menu nasi jagung, sayur mayur, tahu dan sambal kami sarapan. Dan seumur hidup baru ngerasain nasi jagung yang menurut saya cukup mengenyangkan perut saya.

Selesai sarapan, kami melanjutkan perjalanan untuk mencari bus menuju Alun- alun Besuki, dimana saya sudah membuat janji dengan kawan saya. Jujur dari rumah kawan saya yang saya tumpangi jarak perjalanan ke Besuki lumayan jauh.





Foto ki- ka : Bang Ridwan, Bang Emo, Pak Yono, Endras.

Perjalanan membutuhkan waktu kurang lebihnya sejam menuju BC Baderan menggunakan mobil omprengan yang kami sewa di Besuki. Sepanjang perjalanan disuguhi beberapa pemandangan alam dan mobil omprengan yang kami tumpangi sempat mendapat klakson dari pengendara lainnya di karena waktu jalan nanjak mobil mulai mengeluarkan asap akibat dari kehabisan air radiator. 

Sore harinya kami ijin dahulu ke pos perijinan untuk numpang istirahat dan malamnya kami main ke pos perijinan. Disana kami bertemu dengan Pak Sus, beliau bekerja sebagai polisi kehutanan. Saking asiknya ngobrol- ngobrol tentang Argopuro dan sambil minta petunjuk trek yang harus kami lalui.

*) BC Baderan - Makadam- Pos Mata Air I.

Start dari BC naik ojek ke Makadam. Jarak waktu yang di tempuh kurang lebih lima belass hingga dua puluh menit menuju Makadam (pintu start pendakian) dengan medan batu sungai yang masih di tata, menanjak, bahkan berlobang. Perut yang tadinya keisi sarapan rasanya pengen keluar gara- gara jalur ini.

Dari Makadam melanjutkan perjalanan ke Pintu Mata Air II (target saya dan rombongan), tapi akhirnya kami mengurungkan niat untuk lanjut ke Mata Air II dan lebih memutuskan untuk nge-camp di Mata Air I.





Foto : Istirahat di jalur.

Start mendaki dari Makadam agak terlalu siang ditambah kami keseringan istirahat sehingga sampai di Mata Air I sudah sore.

Selanjutnya kami langsung mendirikan tenda dan mulai berbagi tugas. Ada yang bertugas mengambil air, mencuci perabotan masak dan ada yang bertugas sebagai tukang masak.

Selesai masak dan makan malam kami balik ke tenda masing- masing untuk melanjutkan perjalanan keesokan pagi.

*) Mata Air I- Mata Air II- Alun-alun Kecil - Alun- Alun Besar- Cikasur.

Pagi harinya setelah selesai sarapan, packing dan dilanjutkan pemanasan sebentar. Perjalanan di lanjutkan ke Cikasur hingga memasuki maghrib, kami sempat salah mengambil jalan yang langsung lurus langsung ke sungai dan mau ga mau harus menyebrang sungai mau tak mau saya harus merasakan dinginnya air. 

Sesampai di camp ground kita langsung bangun shelter dan tenda di bawah pohon besar untuk istirahat. K
ami memilih camp ground di bawah pohon karena adanya mitos yang beredar kalau bisa jangan membangun shelter dekat bangunan tua ( konon angker kalau dekat bangunan tua tuh 😁).





Foto : Shelter kami berada di bawah pohon besar. ( Gambar diambil pada keesokan harinya).



Foto : Pohon besar di Cikasur. ( Gambar diambil setelah keesokan harinya).


Foto : Papan sebagai penanda jalur yang dilarang.

*) Cikasur- Cisentor- Rawa Embik.

Masih sama dengan rutinitas yang sama yaitu sarapan, packing, pemanasan lalu melanjutkan perjalan.


Foto : Sarapan di Cikasur sebelum melanjutkan perjalanan berikutnya.


Foto : Menu pagi ini Gudeg Cikasur.

Perjalanan kali ini terasa agak panjang akibat berhenti terlalu lama di jalur. Kurang tepatnya menejemen waktu pendakian kami, sehingga tiba di Rawa Embik pada jam makan malam. Di sini kami langsung bangun shelter dan mulai memasak untuk makan malam lalu istirahat.

Kejadian di sini yang paling indah adalah moment saat tarp tent yang saya pakai mengalami kondensasi parah akibat settingan tarp yang saya pakai tidak bisa sempurna di lahan miring ditambah hujan agak deras mengguyur menambah dinginnya suhu di Rawa Embik.


Foto : Tas kapasitas 40L untuk pendakian ke Argopuro.


Foto : Sabana yang ga pernah habis- habis.

*) Rawa Embik - Sabana Lonceng - Puncak Rengganis - Sabana Lonceng - Puncak Argopuro- Sabana Lonceng - Cemoro Limo - Hutan Lumut - Danau Taman Hidup.

Pagi ini kami melanjutkan perjalanan dari Rawa Embik menuju Danau Taman Hidup. Kali ini perjalanan paling jauh yang mampu menguras emosi, energi, dan  tentunya lutut saya, bagaimana tidak waktu yang kami tempuh kurang lebih 12 jam akibat semalaman kurang istirahat.

Pendakian hari ketiga ini yang memakan waktu agak lama, sehingga sesampai di lokasi sudah larut malam karena beberapa orang di rombongan saya tenaga pada habis maklum usia tertua di rombongan kami 62 tahun sehingga tidak memungkinkan untuk bangun shelter di sembarang tempat.


Kami tidak ingin ke Puncak Hyang di karenakan tempat itu khusus untuk berdoa. Bagi kami mengeksistensikan diri di tempat yang sakral adalah hal yang kurang pas.


Foto : Kumpul dan istirahat sebentar untuk persiapan menengok Puncak Dewi Rengganis.


Foto : Tim di Puncak Dewi Rengganis


Foto : Perjalanan turun setelah selesai menengok Puncak Dewi Rengganis.


Foto : Menengok Puncak Argopuro.


Yang perlu di perhatikan dan yang saya kuatirkan ketika mendaki di pegunungan dengan type seperti ini pada malam hari, yaitu ;

1). Kawasan Hutan Suaka Margasatwa jadi yang di takutkan sebangsa kucing besar berwarna hitam berkaki 4 (macan kumbang atau sejenisnya lah) muncul.

2). Dapat menyebabkan disorientasi karena terbatasnya jarak pandang kita apabila kita memasuki daerah yang vegetasinya sangat rapat ( terutama di Hutan Lumut).

3). Cuaca bakal lebih dingin pada malam hari, jika terlalu lama berhenti bisa menyebabkan hipotermia.

4). Tipisnya oksigen saat pendakian malam hari karena tumbuhan sedang bernafas (membutuhkan oksigen pada malam hari).

Sempat disorientasi di sekitar percabangan Danau Taman Hidup karena di setiap percabangan ada tanda pita yang membuat kami harus membagi beberapa orang untuk menelusuri jalan pada setiap pita agar sampai di Danau Taman Hidup. 

Kerja sama tim di perlukan disini dan tak butuh waktu lama akhirnya ketemu jalur yang menuju ke Danau Taman Hidup. Wajah lelah dan sumringah menghiasi kami ketika kami tiba di camp ground, tak butuh waktu yang lama, kami segera mendirikan shelter dan memasak. 



Foto : Taman Hidup Argopuro


*) Danau Taman Hidup- BC Bermi.

Kali ini saya bisa bangun agak siang dikarenakan waktu yang kami miliki agak cukup panjang. 
Meskipun bangun agak siang tetep aja saya menyempatkan untuk mengunjungi danaunya karena ini termasuk salah satu daya tarik utama di Argopuro.

Untuk air danau sendiri agak kotor sehingga membutuhkan filter air atau bisa di konsumsi jika di rebus terlebih dahulu. Kotornya air danau ini akibat ganggang air yang tumbuh, meskipun kotor, konon air danau ini airnya mengalir hlo.

" Tips : untuk teman- teman pendaki yang berkunjung ke gunung dan memiliki danau, gunakan adab/ attitude kalian ketika mau MCK (mandi, cuci, kaskus), kalian harus menjauh dari danau agar kelestarian terjaga dan airnya masih bisa konsumsi

Pada saat perjalanan turun, Argopuro memberikan "salam perpisahan" bagi kami berupa intensitas curah hujan yang ringan sampai tinggi  mengakibatkan jalan licin sehingga saya dan kawan- kawan terjatuh berkali- kali akibatnya lutut saya yang agak sakit jadi tambah sakit.

Tepat di gubug sehabis Hutan Damar hujan berhenti tak selang berapa lama matahari dengan gagahnya kembali bersinar dan membantu mengeringkan pakaian saya.



Foto : Selesailah 5 hari 4 malam.

Singkat cerita kami tiba di gapura Taman Hidup pada sore hari, kemudian ganti pakaian lalu diantar mobil jemputan kami menuju pom bensin untuk mandi kemudian p
erjalanan dilanjutkan untuk beli oleh- oleh dan makan malam di daerah Nguling yang terkenal dengan rawonnya.

Foto : Makan Rawon Nguling.


Selesai makan malam, perjalanan dilanjutkan ke Surabaya dengan tujuan masing- masing, ada yang ke Terminal Bungurasih dan ada juga yang ke Stasiun Gubeng.



Estimasi biaya perjalanan saya sebagai berikut ;

- Kereta Solo- Probolinggo Rp. 74.000.
- Pop Mie Rp. 10.000.
- Transport Rp. 20.000.
- Carter mobil omprengan Besuki menuju BC Baderan Rp. 30.000.
- Makan di BC Baderan Rp. 45.000
- Simaksi - Rp. 90.000.
- Carter Mobil menuju Terminal dan stasiun Rp. 145.000.
- Ojol Rp. 5.000
- Nasi Rawon, es teh, dan paru Rp. 40.000.
- Tiket Bus Surabaya- Solo Rp. 46.000.

Noted :

1). Di tulisan saya, saya tidak menuliskan waktu yang di tempuh di setiap posnya karena saya yakin, setiap orang memiliki kecepatan dan tenaga yang berbeda- beda.

2). Sediakan p3k dimana isinya harus ada obat anti nyeri karena perjalanan yang begitu panjang.


3). Sebelum trekking alangkah baiknya jika pemanasan dulu.

4). Catatan yang paling penting adalah "awali dan akhiri dengan doa."

Berikut tulisan saya, semoga tulisan kali ini dapat membantu kawan- kawan yang akan mengunjungi Argopuro.

S A L A M   L E S T A R I . . .













S A L A M L E S T A R I . . .

2 komentar:

  1. Karena saya belum pernah ke argopuro jadi belum bisa kasih komentar he he..
    == yoyok santridanalam ==

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Om sudah mampir di kolom komentar...
      Wakakaka..

      Hapus